loading...
![]() |
Ilustrasi pelaksanaan ibadah haji di Makkah. (Foto Istimewa/detikcom) |
Oleh : SN Hidayah, S.Si, S.Kom *)
Fenomena perbedaan penetapan Idul Adha 1446 H/2025 antara Indonesia yaitu pada 6 Juni dan Malaysia pada 7 Juni mengungkap kelemahan organisasi MABIMS (Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura), (1 Juni 2025, suaramuhammadiyah.id)
Dari fenomena perbedaan ini tentu mengundang tanya terhadap keberadaan MABIMS sebagai simbol birokratis yang gagal menjalankan misi persatuan khususnya dalam wilayah skala regional. Inilah fenomena polemik perpecahan dalam wilayah yang hanya skala regional.
Namun ada potensi persatuan hakiki jika kita cermati sesungguhnya dalam ibadah haji itu sendiri. Dalam Ibadah haji jutaan muslim dari berbagai bangsa berkumpul di Tanah Suci untuk melaksanakan rukun Islam ke lima ini, menunjukkan persatuan yang melampaui sekat bangsa, ras, dan bahasa. Pemandangan ini merupakan contoh nyata dari persatuan umat Islam yang kuat dan tidak dapat dipisahkan oleh perbedaan duniawi. Dalam haji, kita melihat bagaimana umat Islam dari berbagai latar belakang bersatu dalam satu tujuan, yaitu untuk menjalankan ibadah haji dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Persatuan ini tidak hanya terlihat dalam ritual ibadah, tetapi juga dalam semangat dan kebersamaan yang terjalin di antara jemaah haji. Demikian pula haji menjadi momentum yang tepat untuk meningkatkan persatuan umat Islam dan memperkuat ukhuwah Islamiyah yang sejatinya disatukan oleh aqidah Islam.
Umat Islam yang berjumlah hampir 2 miliar akan menjadi kekuatan dunia yang disegani jika bersatu dalam bingkai Ukhuwah Islamiyyah. Namun, realitanya, umat Islam masih terpecah belah dan tercerai berai, sehingga kekuatan mereka tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal dan dapat menjadi kekuatan yang besar dan disegani di dunia, serta dapat memainkan peran yang lebih aktif dalam menyelesaikan masalah-masalah global.
Persatuan saat momen merayakan Hari Raya Idul Adha seringkali hanya berlangsung sesaat. Ironinya selepas itu, umat kembali tercerai dan bahkan saling bermusuhan, melupakan penderitaan saudara seiman di berbagai penjuru dunia.
Berbicara persatuan sejati bagi umat Islam sesungguhnya hanya dapat terwujud dalam institusi politik Islam global yang menyatukan umat dalam satu tubuh dan tujuan sebagaimana yang pernah dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad SAW dan para Khulafaur Rasyidin. Umat Islam dapat bersatu dan bekerja sama untuk mencapai tujuan yang sama, yaitu menerapkan syariat Islam secara menyeluruh dan mencapai kemakmuran.
Dengan begitu polemik perbedaan akan mampu diminimalisir bukan hanya dalam wilayah skala regional bahkan persatuan dapat diwujudkan dalam skala internasional bagi umat Islam di seluruh dunia.
Maka sejalan dengan perintah syariat mewujudkan ukhuwah Islamiyyah dalam tubuh umat Islam. Momen Idul Adha mengajarkan ketaatan mutlak kepada Allah, dan seharusnya mendorong umat untuk patuh sepenuhnya pada syariat Islam, bukan hanya pada aspek ritual, tapi juga dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Dengan demikian, umat Islam dapat mencapai kebahagiaan dan kemakmuran serta kemuliaan di dunia dan akhirat.
*) Guru di Sampang, Madura