Hati-hati! Ini Risiko Sering Menggugurkan Kandungan bagi Kesehatan dan Kesuburan. (Ilustrasi/iStockPhoto/PORNCHAI SODA) |
E-KABARI.com - Menggugurkan kandungan atau aborsi adalah prosedur medis yang mengakhiri kehamilan. Meskipun aborsi dapat dilakukan secara legal di beberapa negara, sering melakukan aborsi memiliki berbagai risiko kesehatan yang signifikan.
Pada artikel ini, kita akan membahas berbagai risiko sering menggugurkan kandungan, terutama yang terkait dengan kesehatan fisik, mental, dan kesuburan wanita.
1. Risiko Fisik
Melakukan aborsi lebih dari sekali dapat menimbulkan dampak fisik yang serius, seperti:
a. Infeksi Rahim
Aborsi yang tidak dilakukan dengan prosedur yang tepat dapat menyebabkan infeksi pada rahim. Infeksi ini terjadi jika bagian dari jaringan janin masih tertinggal di dalam rahim, yang dapat memicu peradangan dan mengganggu sistem reproduksi.
b. Pendarahan Berat
Setiap prosedur aborsi membawa risiko pendarahan, namun, sering menggugurkan kandungan meningkatkan risiko pendarahan yang lebih serius. Pendarahan yang tidak terkontrol dapat membahayakan jiwa jika tidak segera ditangani.
c. Perforasi Rahim
Perforasi rahim terjadi ketika instrumen medis secara tidak sengaja melukai atau membuat lubang di dinding rahim. Ini lebih mungkin terjadi pada prosedur aborsi yang sering, terutama jika prosedur tersebut dilakukan oleh praktisi yang tidak berpengalaman atau tidak memenuhi standar medis yang aman.
d. Kerusakan Serviks
Seringnya aborsi dapat menyebabkan kerusakan pada serviks (leher rahim). Kerusakan ini dapat berpengaruh pada kemampuan serviks untuk menahan kehamilan di masa depan, yang bisa berisiko menyebabkan keguguran spontan.
2. Risiko Kesuburan
Salah satu kekhawatiran terbesar dari sering melakukan aborsi adalah dampaknya pada kesuburan wanita. Berikut beberapa dampaknya:
a. Penyumbatan Tuba Falopi
Setelah aborsi, ada kemungkinan jaringan parut terbentuk di tuba falopi. Jika tuba falopi tersumbat atau rusak, hal ini dapat mengganggu proses pembuahan, yang menyebabkan kemandulan atau kehamilan ektopik (kehamilan di luar rahim).
b. Keguguran di Masa Depan
Wanita yang sering melakukan aborsi berisiko lebih tinggi mengalami keguguran pada kehamilan berikutnya. Ini disebabkan oleh kerusakan pada rahim atau serviks, yang menyebabkan ketidakmampuan rahim untuk mendukung perkembangan janin.
3. Risiko Psikologis
Dampak psikologis sering kali menjadi aspek yang kurang dibahas dalam menggugurkan kandungan. Namun, penting untuk diingat bahwa aspek mental juga sangat dipengaruhi oleh tindakan ini. Beberapa risiko psikologis yang mungkin muncul termasuk:
a. Stres dan Depresi
Wanita yang sering melakukan aborsi mungkin mengalami tekanan emosional yang lebih besar, seperti perasaan bersalah, sedih, dan stres berkepanjangan. Perasaan ini dapat berkembang menjadi depresi, yang mempengaruhi kesejahteraan mental dalam jangka panjang.
b. Trauma Psikologis
Beberapa wanita mengalami trauma psikologis setelah aborsi, terutama jika aborsi dilakukan di bawah tekanan atau tanpa dukungan yang memadai. Trauma ini bisa muncul dalam bentuk gangguan kecemasan, mimpi buruk, atau kesulitan emosional lainnya.
4. Komplikasi Kesehatan Lainnya
Beberapa komplikasi lain yang mungkin terjadi akibat seringnya menggugurkan kandungan meliputi:
a. Kehamilan Ektopik
Seperti yang telah disebutkan, sering melakukan aborsi meningkatkan risiko kehamilan ektopik. Kehamilan ektopik terjadi ketika sel telur yang dibuahi berkembang di luar rahim, biasanya di tuba falopi. Kondisi ini sangat berbahaya dan membutuhkan penanganan medis segera.
b. Masalah Hormonal
Menggugurkan kandungan secara berulang dapat mempengaruhi keseimbangan hormonal dalam tubuh wanita. Hal ini dapat berdampak pada siklus menstruasi, fungsi reproduksi, dan kesehatan tubuh secara keseluruhan.
5. Dukungan dan Konseling
Bagi wanita yang telah mengalami aborsi, penting untuk mencari dukungan medis dan psikologis yang memadai. Konseling setelah aborsi dapat membantu mengelola perasaan dan mengurangi dampak psikologis yang berkelanjutan.
Intinya, sering menggugurkan kandungan membawa risiko yang signifikan, baik dari segi fisik, mental, maupun kesuburan. Meski aborsi mungkin menjadi pilihan dalam kondisi tertentu, penting bagi wanita untuk mempertimbangkan risiko jangka panjang dari prosedur ini.
Konsultasi dengan dokter dan mendapatkan informasi yang tepat dapat membantu dalam membuat keputusan yang lebih bijaksana terkait kesehatan reproduksi.
Jaga kesehatan reproduksi Anda dengan baik dan diskusikan dengan tenaga medis profesional untuk opsi kontrasepsi yang aman dan efektif jika Anda ingin menunda atau mencegah kehamilan.***
Penulis: Syifa Aulia
Editor: Rafiqi
Sumber: Berbagai Sumber