Hujan Datang, Masyarakat Sumenep Mulai Garap Lahan Pertanian -->

Hujan Datang, Masyarakat Sumenep Mulai Garap Lahan Pertanian

Minggu, 13 November 2022, 8:29 AM
loading...
Hujan Datang, Masyarakat Sumenep Mulai Garap Lahan Pertanian
Intensitas hujan yang mulai tinggi di Kabupaten Sumenep pada bulan November ini mendorong masyarakat untuk menggarap lahan pertanian.


SUMENEP, E-KABARI.com - Intensitas hujan yang mulai tinggi di Kabupaten Sumenep pada bulan November ini mendorong masyarakat untuk menggarap lahan pertanian.


Aktivitas menanam mulai terlihat di sejumlah desa di beberapa kecamatan, seperti Kecamatan Dungkek dan Gapura.


Di berbagai desa Kecamatan Dungkek misalnya, masyarakat sudah ramai-ramai menanam jagung. Hal itu terlihat di Desa, Bicabi, Romben, dan Taman Sare.


Tidak hanya jagung yang ditanam oleh masyarakat desa, melainkan tanaman lainnya, seperti singkong, buncis, kacang dan labu.


Bagi masyarakat desa, bertani merupakan kegiatan pokok untuk mengisi lumbung pangan. Sehingga, kehadiran musim hujan disambut dengan aktivitas menanam.


Ahmawi, petani jagung di Desa Bicabi, Kecamatan Dungkek mengatakan, musim hujan menandai aktivitas pertanian baginya. Dalam setahun, ia melakukan itu dua kali.


"Saya hanya menanam jagung dua kali, musim hujan dan musim kemarau," kata Ahmawi saat ditemui E-KABARI.com sedang membajak lahan pertaniannya, Ahad, 13 November 2022.


Sebenarnya, lanjut Ahmawi, ada dua jenis lahan pertanian di desanya. Yaitu lahan pabare'en (hujan) dan panemoran (kemarau). Salah satu jenis tanah itu hanya berpotensi untuk ditanami jagung sekali saja.


"Kalau tana panemoran bisa ditanami jagung dua kali, tapi kalau tana pabare'en hanya sekali ditanami jagung," jelas Ahmawi.


Tidak hanya menanam jagung yang bisa panen dalam semusim, Ahmawi juga bertani tanaman yang waktu panennya lama, bahkan hingga selesai dua musim.


"Saya juga menanam singkong dan labu. Jadi kalau satu ladang ada tiga macam tanaman, itu hanya khusus tanah yang ditanami sekali untuk jagung (tana pabare'en)," ungkapnya.


Musim hujan memang menjadi satu-satunya harapan petani yang memiliki ladang. Hal ini sebagaimana diungkapkan Matsale.


Warga Desa Romben Guna, Dungkek itu menyebut petani ladang seperti dirinya berbeda dengan pemilik lahan persawahan yang tidak ada putusnya dalam pertanian.


"Beda sama lahan sawah, kalau sawah bisa ditanami berkali-kali karena disiram, airnya pun pakai air dari pengeboran," ujar Matsale.


Hal yang sama juga terjadi di Kecamatan Gapura. Sejumlah petani di Desa Andulang dan Longos mulai menggarap ladangnya.


"Sebagian sudah ada yang menanam. Saya sendiri masih menunggu intensitas hujan makin tinggi," kata Atwi, salah satu petani di Desa Andulang. (Ndry_Sya/Rfq)

TerPopuler