Kesaktian Pancasila Mampu Satukan Kemajemukan -->

Kesaktian Pancasila Mampu Satukan Kemajemukan

Rabu, 01 Juni 2022, 7:15 PM
loading...
Kesaktian Pancasila Mampu Satukan Kemajemukan
Ilustrasi. (Geotimes/RK/E-KABARI)


Oleh: Moh. Busri*)


Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki penduduk sangat majemuk. Bukan hanya berbeda-beda suku, tapi berikut juga dengan ras dan agama yang dianutnya. Bahkan dalam satu agama, masih terpaut dengan pelbagai perbedaan kelompok. Sungguh majemuk bangsa ini.


Bermacam perbedaan ini tidak hanya sekadar menjadi identitas. Tapi mampu melahirkan ideologi yang dapat mempengaruhi prinsip kehidupan masing-masing. Sebut saja agama Islam dengan tuntunan sosial keislamannya. Kemudian Kristen, dengan pola hidup yang sebisa mungkin menirukan Tuhan Yesus.


Tentu hal demikian tidak akan mudah untuk disatukan dalam kehidupan bersosial. Istimewanya, Indonesia memiliki Pancasila sebagai dasar negara yang dapat menjadi ideologi dalam berbangsa dan bernegara. Kemajemukan yang melekat pada diri setiap bangsa tidak dituntut untuk diubah menjadi satu. Tapi dinetralisasi hingga melahirkan satu kesepahaman.


Satu-satunya negara yang tetap rukun, walaupun memiliki banyak perbedaan antar suku dan agama yaitu hanya Indonesia. Sedangkan di negara lain, perbedaan seperti ini malah menjadi pemicu hancurnya kesatuan bangsa. Bahkan negaranya pun ikut pecah berkeping-keping.


Tidak heran jika Pancasila selalu disebut sebagai dasar negara yang sangat sakti. Sebab, penduduk yang meyakini lima agama berbeda dan Tuhan yang berbeda pula tetap harmonis mengikat erat hubungan kemanusiaan. Tidak menghiraukan ibadah hamba lain, tapi sebaliknya lebih mematangkan ibadah pribadi masing-masing kepada Tuhan yang diyakini.


Sebagaimana tercantum dalam sila pertama, ketuhanan yang Maha Esa. Seluruh penduduk di Indonesia tidak dilarang untuk meyakini keberadaan Tuhan. Bahkan semua Tuhan yang diyakini, diakui ke-Esa-annya. Tidak tebang pilih, dan tidak terlalu mendukung pada yang mayoritas. Semua diberi kebebasan setara, sesuai norma yang berlaku.


Begitu juga pada sila yang kedua, kemanusiaan yang adil dan beradab. Sebagai hamba yang taat pada Tuhan, sikap budi luhur pasti menjadi nilai utama yang harus dijalankan. Untuk itu, selayaknya sifat iri dengki dan zalim dihindari sejauh mungkin. Sehingga, mampu tercipta kehidupan manusia yang bermartabat. Kurang lebih seperti itulah yang dicita-citakan pada sila kedua.


Berhubungan juga dengan sila ketiga, persatuan Indonesia. Semakin banyak kemajemukan yang melatarbelakangi sikap budi luhur bangsa ini, maka akan semakin kuat pula tali persaudaraannya. Karena dari semua perbedaan tersebut, tidak ada satu pun yang mengajarkan untuk saling menjatuhkan. Melainkan saling merangkul sebagai cerminan bangsa yang berkesatuan.


Nilai luhur kemanusiaan bangsa Indonesia kembali diperkuat pada poin Pancasila di sila keempat, yaitu kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Tanpa seorang pemimpin, suatu bangsa akan sangat sulit untuk dikendalikan. Tapi dengan adanya pemimpin, bukan berarti kebebasan rakyat harus dikekang hingga tertindas.


Maka dari hal demikian, Pancasila mengamanahkan musyawarah sebagai media untuk melahirkan sebuah keputusan. Sehingga, tidak ada lapisan masyarakat yang merasa dirugikan atau bahkan lebih diuntungkan. Selanjutnya, dari semua kesepakatan yang dihasilkan harus ditaati bersama tanpa memandang kasta.


Terakhir sila kelima, yakni keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Prinsip keadilan tersebut sejatinya tidak hanya diperuntukkan bagi golongan tertentu. Mulai dari rakyat yang menempati posisi paling bawah hingga presiden sebagai pimpinan tertinggi, wajib memperoleh perlakuan seadil-adilnya.


Jika nilai yang yang terkandung dalam Pancasila itu mampu diterapkan dengan sempurna, tentunya cita-cita menuju masyarakat madani akan benar terasa secara nyata. Perbedaan bukanlah masalah yang harus diperebutkan pemenangnya. Melainkan mampu dijadikan kekayaan yang dapat saling melengkapi kekurangan masing-masing. Itulah Indonesia dengan kesaktian Pancasila. Selamat hari lahir Pancasila, 1 Juni 2022.


*) Penulis ada pemuda asal Desa Matanair, Kecamatan Rubaru, Kabupaten Sumenep. Baginya, menulis adalah ibadah wajib yang setara dengan pentingnya sepiring nasi.

TerPopuler