Dulu Modal Uang Jajan Kuliah, Pelaku UMKM di Sumenep Kini Raih Omzet Rp 60 Juta -->

Dulu Modal Uang Jajan Kuliah, Pelaku UMKM di Sumenep Kini Raih Omzet Rp 60 Juta

Selasa, 08 Februari 2022, 10:17 PM
loading...
Pelaku UMKM di Sumenep
Fitria Nurul Imamah (26) menunjukkan Patthek Ikan Khas Sumenep hasil produksinya yang sudah terjual ke berbagai kota di Indonesia. (Foto Fitri/Rfq/E-KABARI)


SUMENEP, E-KABARI.com - Memulai usaha camilan patthek ikan khas Sumenep dengan modal seadanya, Fitria Nurul Imamah (26) tak pernah menyangka bakal meraih omzet hingga Rp 60 juta per bulan.


Warga Jl KH Masyhurat Desa Billapora Barat, Kecamatan Ganding, Kabupaten Sumenep itu, mulai membuka usaha camilan keripik ikan khas daerah pesisir di wilayah Pantura Kota Keris berawal dari kegemaran.


"Awalnya saya suka beli. Kemudian saya mikir, daripada saya sering beli mending kan bikin sendiri," kata Fitri saat ditemui E-KABARI di rumah produksinya, Sabtu, 5 Februari 2022.


Melihat Peluang Bisnis


Bukan perkara mudah bagi Fitri membuat patthek ikan. Meski sangat menggemari camilan khas Kecamatan Pasongsongan, Ambunten, Desa Legung dan sekitarnya itu, nyatanya Fitri berkali-kali gagal.


"Awalnya gagal 7 kali dalam pembuatan resep. Tapi saya terus mencoba sampai menemukan kombinasi rempah dan adonan (patthek) yang pas," tuturnya.


Ketika resepnya berhasil, Fitri sangat senang. Bahkan, muncul kembali sebuah ide jualan. Dia melihat peluang bisnis dari patthek ikan.


"Selama ini kan patthek ikan itu tidak punya nilai jual tinggi. Nah, saya jadi mikir, patthek ikan ini kan produk khas Sumenep, kalau dikemas kemudian dijual ke toko dan swalayan, pasti sangat bagus potensi bisnisnya," ungkap Fitri.


Selain potensi bisnis, Fitri menilai dengan mengangkat patthek ikan ke tingkat penjualan yang lebih modern akan mengenalkan camilan khas Sumenep tersebut secara lebih luas. Sebab sepengetahuan Fitri, patthek ikan memang camilan khas Sumenep.


"Jadi bisa terkenal. Kalau orang luar ketemu misalnya akan bilang, 'Oh, patthek ikan, ini dari Sumenep. Gitu'," jelas Fitri.


Dari situlah muncul ide usaha patthek ikan khas Sumenep tersebut. Fitri optimis jika dia memproduksi patthek ikan dalam jumlah besar dengan marketing yang bagus, nilai jualnya pasti akan naik.


"Saya mikir kalau marketingnya saya perbaiki, misalnya di kemasan, rasa dan lainnya, dibranding, mungkin ini akan naik daun. Akhirnya saya nyoba dan alhamdulillah respon pasar sangat bagus. Apalagi di luar daerah Madura," terang istri Moh. Azizi itu.


Modal Uang Jajan Kuliah


Kesuksesan usaha patthek ikan yang ditekuni Fitria Nurul Imamah cukup panjang. Fitri memulai usahanya dengan modal uang jajan kuliah di awal tahun 2019.


"Awalnya modal Rp 50 dengan penghasilan Rp 170 ribu. Modal murni dari uang jajan kuliah (semester akhir) saat itu," kata Fitri.


Meski sudah berhasil membuat produk patthek ikan khas Sumenep dengan kemasan dan rasa yang menarik, faktanya usaha Fitri mentok di pemasaran. Dia yang tengah kuliah semester akhir di INSTIKA Guluk-Guluk tidak punya waktu memasarkan secara langsung.


"Awalnya hanya open PO (Pre Order) di sosial media saja," ungkap Fitri.


Tak disangka, ternyata respon pasar bagus. Akhirnya produk patthek ikan khas Sumenep itu mulai dititipkan kepada teman-temannya yang kuliah di luar kota.


"Minta bantu promotion. Dari sana mulai masuk para costumer yang tertarik join reseller," lanjut Fitri.


Patthek Ikan Khas Sumenep
Patthek Ikan Khas Sumenep, produk camilan Sulung Group Billapora Barat, Ganding, Sumenep yang go Nasional. (Foto Asnodi/E-KABARI)


Go Nasional Berkat Join Reseller


Melalui jaringan reseller, pemasaran produk UMKM patthek ikan khas Sumenep yang ditekuni Fitri semakin meluas.


Dari yang semula dititipkan pada teman kuliah, hingga akhirnya punya ratusan reseller yang tersebar di beberapa kota di Indonesia.


"Reseller saat ini 192 orang yang tersebar di beberapa kota di Indonesia. Ada di Surabaya, Jogja, Papua, Banten, Sulawesi, Kalimatan, Bali. Jakarta reseller terbanyak," tutur Fitri.


Keberhasilan menembus pangsa pasar Nasional tersebut, tentu saja merupakan kolaborasi apik antara kualitas produk dan teknik pemasaran yang bagus.


Fitri tak hanya fokus menjaga kualitas patthek ikan khas Sumenep yang diproduksinya. Dia menerapkan strategi mentoring pada semua reseller-nya yang tersebar di mana-mana.


"Teknik untuk reseller sendiri kami memakai teknik mentoring bisnis via online full bimbingan, sehingga mereka stok produk kami ada jaminan habis dan laku keras kalau ikut mentoring," ucap Fitri.


Raup Omzet Rp 60 Juta per Bulan


Berkat ketekunannya, Fitri berhasil membawa produk lokal Sumenep itu go Nasional. Patthek ikan khas Sumenep hasil produksi Fitri digandrungi penikmatnya dan tersebar ke berbagai kota di Indonesia.


Selain patthek ikan khas Sumenep, alumnus INSTIKA Guluk-Guluk itu juga meluncurkan dua produk baru di akhir 2021 kemarin. Yakni Keripik Talas dan Keripik Ubi.


"Patthek ikan ada varian ori dan pedas. Kalau keripik talas dan ubi rasa balado dan original. Tapi patthek ikan yang paling laris," ujar Fitri.


Selama sebulan, Fitri bisa memproduksi 1.500  kg patthek ikan khas Sumenep untuk dikirim ke para reseller dan beberapa agen oleh-oleh di luar kota. Tak heran, jika dia harus mempekerjakan 20 orang karyawan.


"Awalnya di rumah tanpa karyawan. Pas punya rumah produksi Mei 2021, ada 5 dan sampai sekarang ada 20 orang," tuturnya.


Dari usahanya itu, selama setahun terakhir Fitri bisa meraup omzet Rp 60 juta per bulan. Dengan harga jual patthek ikan Rp 10 ribu untuk kemasan 100 gram dan Rp 15 ribu untuk kemasan 250 gram.


"Omzet tiap bulan Rp 60 juta. Bersihnya (profit) Rp 28 - 30 juta," ungkap Fitri.


Agar produknya bisa menembus pasar Nasional dan mampu bersaing, pelaku UMKM asal Billapora Barat, Kecamatan Ganding tersebut membeberkan rahasianya.


Yang terpenting, kata Fitri adalah kemasan (packaging) harus menarik. Dan yang pasti produknya enak, lezat, dan higienis.


"Awalnya kemasan pakai plastik transparan. Mulai pakai kemasan aluminium foil dengan desain menarik sejak 2020," ujar Fitri. (As/Rfq)

TerPopuler