Mengenal Batik Le-Jeleh Khas Desa Toronan Pamekasan -->

Mengenal Batik Le-Jeleh Khas Desa Toronan Pamekasan

Sabtu, 24 Oktober 2020, 1:15 PM
loading...
Batik Le-Jeleh atau Jala-Jala
Abdus Somad, Owner Batik KA-DE (kiri) memberikan cenderamata Batik Le-Jeleh kepada salah satu model Surabaya, Senin (19/10/2020). (Foto for E-KABARI)


PAMEKASAN, E-KABARI.COM - Batik sebagai warisan budaya dunia yang berasal dari Indonesia memiliki motif yang sangat beragam. Salah satunya adalah Batik Le-Jeleh khas Desa Toranan, Pamekasan.


Sebagai sebuah karya seni dan budaya yang tinggi, Batik selalu punya pesan filosofis dalam setiap motif yang dirupakan pembuatnya. Begitu pun dengan Batik Le-Jeleh khas Desa Toronan ini.


Bagi Abdus Somad, Batik Le-Jeleh atau Jala-Jala memiliki makna yang sakral.


Di tangan maestro batik Madura itu, ibarat nelayan yang ingin menangkap ikan dengan hasil banyak, maka harus menebar jala atau para nelayan Madura menyebutnya 'Jeleh'.


"Dari filosofi itulah motif batik Le-Jeleh ini tercipta. Makna lain dinamakan Le-Jeleh supaya kita dalam berjualan batik bisa mendapatkan keuntungan yang berlimpah dan barokah," kata Kak Dus, sapaan akrab Abdus Somad, Senin (19/10/2020) lalu.


Owner Batik KA-DE Pamekasan itu memang meluncurkan Batik Le-Jeleh sebagai karya asli khas Desa Toranan, Pamekasan. Batik ini juga terbilang baru, karena Kak Dus baru membuatnya di awal bulan ini.


"Batik Le-Jeleh ini dijual di kisaran harga Rp 550 ribu sampai Rp 600 ribu per potong dengan ukuran kain 2,30 meter," jelas dia.


Batik Le-Jeleh Khas Toronan
Salah satu model Surabaya menggunakan Batik Le-Jeleh cenderamata dari Abdus Somad, Owner Batik KA-DE Pamekasan, Senin (19/10/2020). (Foto for E-KABARI)


Batik Le-Jeleh ini dibuat dari bahan kain Kereta Kencana. Adapun proses pewarnaannya, kata Kak Dus dibantu dengan fiksasi menggunakan tiga jenis bahan.


"Kita pakai kapur untuk pewarnaan muda atau terang, kemudian tawas untuk memperoleh warna dasar atau asal, dan terakhir menggunakan bahan tunjung agar menghasilkan warna lebih tua," tuturnya.


Selain memakai pewarnaan alami itu, Batik Le-Jeleh tidak menolak pemakaian pewarna sintetis, zat warna Naphtol dan zat warna Indigosol. Proses perwarnaan Batik Le-Jeleh melalui tiga kali pengerjaan.


"Campuran bahan-bahan tersebut dapat menempel kuat pada kain, sehingga batik Desa Toronan dikenal sebagai batik yang warnanya tidak mudah luntur, seperti batik Le-Jeleh ini," tandas Kak Dus.


Perlu diketahui, UNESCO menetapkan batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and the Intangible Heritage of Humanity) pada 2 Oktober 2009 silam.


Sejak ditetapkan oleh Badan PBB untuk Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan itu, tanggal 2 Oktober menjadi salah satu hari penting bagi kebudayaan Indonesia. Yakni Hari Batik Nasional. (Ir/Fiq)

TerPopuler