Bupati Busyro Sampaikan Pengertian Santri di Peringatan HSN 2018 MWC NU Gapura -->

Bupati Busyro Sampaikan Pengertian Santri di Peringatan HSN 2018 MWC NU Gapura

Senin, 22 Oktober 2018, 11:54 AM
loading...

Bupati Sumenep KH. A. Busyro Karim Sambutan di Peringatan HSN 2018 MWC NU Gapura. (Foto Fawaid/E-KABARI)


SUMENEP, E-KABARI.COM – Bupati Sumenep, Madura, Jawa timur KH. A. Busyro Karim menghadiri PeringatanHari Santri Nasional (HSN) 2018 yang digelar MWC NU Gapura, Senin (22/10/2018). Dalam kegiatan tersebut, orang nomor satu di Sumenep itu menyampaikan apa makna yang terkandung dalam kata Santri menurut versinya.

“Semua ASN di Sumenep hari ini juga memakai baju ala Santri, kecuali yang berhubungan dengan tugas kesehatan, keamanan, perhubungan, dan perizinan,” ungkapnya di depan ribuan warga NU Gapura.

Bahkan, untuk merayakan Hari Santri Nasional 2018, semua siswa dan siswi tingkat SD dan SMP di Sumenep diharuskan memakai baju ala Santri selama semingu ke depan.

“Ini hanya di Sumenep, tidak tahu di daerah lain,” imbuh Bupati dua periode tersebut.
Aka tetapi, apakah Santri itu sebenarnya? Menurut Pengasuh Ponpes Al Karimiyyah Beraji, Gapura tersebut, santri memiliki arti khusus yang merupakan hasil pemikiran dan penafsirannya sendiri.

“Santri itu S-nya adalah santun. Kaum santri harus santun dalam segala hal, baik dalam ucapan, pemikiran, maupun tindakan,” katanya, menjelaskan.

Sementara, huruf A dalam kata santri berarti Agamis, dan huruf N berarti Nasionalis. Seorang santri, menurut Bupati Busyro, haruslah memiliki dua hal tersebut di dalam dirinya.

“Kemudian T-nya itu Tekun. Jadi santri itu harus tekun, harus kerja keras. Karena pintar itu hanya hanya 20 persen mendukung kesuksesan, selebihnya 80 persen hasil kerja keras,” tegasnya.

Selanjutnya, huruf R dalam kata Santri berarti Responsibility. Artinya, kaum santri harus bertanggung jawab dalam segala hal yang menjadi amanah dimana saja dan kapan saja.
“Terakhir huruf I berarti independen. Santri itu harus independen. Berdiri kuat karena tumbuh dari bawah, bukan dari atas,” tandas Bupati Busyro.

Peringatan Hari Santri bertajuk “Doakan Bumi dengan Istighatsah Kubro dan Doa Bersama itu, berlangsung sejak pukul 06.00 hinga 07.38 WIB. Ribuan warga NU dari kalangan masyarakat umum, siswa-siswi madrasah maupun sekolah dari berbagai tingkat, memadati Lapangan Kecamatan Gapura sebagai lokasi acara.

“Masyarakat yang hadir lebih dari 2.300 orang,” kata Sekretaris MWC NU Gapura, Khairul Umam, Senin (22/10/2018).

Selain warga Nahdliyyin, para masyayikh dan jajaran pengurus MWC NU Gapura tampak hadir berikut banom-banomnya. Bahkan, hingga tingkat anak ranting dapat dipastikan hadir semua.

Usai Istighatsah, Ketua MWC NU Gapura K. Muhammad Syahid Munawwar memberikan sambutan singkat tentang Peringatan Hari Santri tersebut. Sambutan itu disusul pengarahan dari pihak PCNU Sumenep yang diwakili KH. Hafidzi Syarbini, kemudian dilanjutkan sambutan Bupati Busyro.

Terkahir, pembagian hadiah bagi para juara lomba MTQ yang digelar pada Sabtu (20/10/2018) jadi penutup setelah doa. Tak hanya lomba, pada Minggu malam (21/10/2018) sebelumnya, perayaan Hari Santri tersebut juga diisi dengan Khotmil Qur’a pembacaan 4444 Shalawat Nariyah yang dilaksanakan oleh PAC GP Ansor Gapura. (Fiq/Rif)

TerPopuler