loading...
Yuli Dwi Lestari. (Foto for E-KABARI) |
Oleh: Yuli Dwi Lestari*
Sampah sejatinya menjadi masalah yang memang sudah dari tahun ke tahun susah untuk di selesaikan. Bukan hal yang baru jika sampah menjadi polemik dari berbagai kota di Indonesia.
Kita juga tidak bisa menyalahkan pemerintah dan lain sebagainya, jika memang dari individu manusia sendirilah pelaku utama dari bermunculanya sampah-sampah, baik di jalan, trotoar, hingga sampah rumah tangga. Masyarakat seolah enggan dan tidak peduli dengan keadaan sampah atau lingkungan kita bersama.
Seandainya jika semua manusia sudah tidak peduli dengan lingkungan, maka tentu akan mengakibatkan ketidakseimbangan alam yang bisa mengakibatkan berbagai persoalan baru. Mulai dari bencana banjir hingga tanah longsor yang menimbulkan penyakit gatal gatal dan demam berdarah.
Herannya adalah banjir _yang ini mungkin menjadi bencana di kota-kota besar yang sejatinya kerapkali menjadi banjir langganan_ terjadi setiap tahun saat musim hujan. Penyebabnya mungkin berbagai macam faktor, tapi sebagian umum adalah karena perilaku manusia yang kurang sadar terhadap lingkungannya. Bisa jadi karena mereka malas untuk membuang sampah pada tempat yang sudah disediakan.
Pada umumnya perilaku membuang sampah sembarangan didorong dengan stigma membuang sampah di jalan _mereka berasumsi_ akan dibersihkan oleh petugas. Padahal, menurut saya itu adalah hal yang kurang etis. Sebab, jumlah petugas yang sangat minim dengan pola masyarakat yang kurang sadar akan lingkunganya. Sehingga tidak heran, jika memang kerap terjadi banjir tahunan di Kabupaten Sidoarjo.
Maka dari itu, tindakan yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat hingga di Daerah adalah menerbitkan UU hingga menjadi Perda (Peraturan Daerah) karena hanya dengan regulasi pemerintah bisa berbuat. Tapi tidak hanya cukup di situ saja, karena selama ini Perda tersebut juga menurut saya dalam praktiknya tidak ada dampak yang signifikan dan berkembang. Sebab, saya masih kerap melihat masyarakat membuang sampah dengan sembarangan.
Maka dengan banyaknya masalah ini yang sudah terjadi, seharusnya pemerintah dengan terus menerus melakukan sosialiasasi dan pendampingan kepada masyarakat supaya sadar akan pentingnya menjaga lingkungan kita bersama. Dengan demikian, maka bisa saja masyarakat akan mulai sedikit demi sedikit berubah cara pandanganya terhadap sampah. Salah satunya dengan melakukan pemanfaatan dan daur ulang sampah yang bisa meningkatkan perekonomian warga itu sendiri.
Contoh pemanfaatan sampah adalah terobosan yang dilakukan oleh Pemkot Surabaya yakni menyediakan Bis Keliling Surabaya yang khusus disediakan untuk mengurangi pembuangan sampah sembarangan. Hanya cukup membayar dengan menggunakan sampah botol dan plastik, maka warga bisa naik Bis yang sudah disediakan Pemkot Surabaya itu.
Hal tersebut cukup baik dan berdampak dengan mengubah stigma warga terhadap sampah. Yaitu bahwa sampah bisa didaur ulang, hanya tinggal bagaimana upaya itu dilakukan dan tepat sasaran.
Semoga dengan adanya tulisan ini warga bisa sadar akan pentingnya menjaga keseimbangan alam dan lingkungan, sehingga bila lingkungan dipandang atau dilihat serasa indah dan nyaman.
*Mahasiswi Prodi Administrasi Publik FISIP Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.