Tanda Kiamat; Bukan Palestina Semata -->

Tanda Kiamat; Bukan Palestina Semata

Minggu, 19 November 2023, 7:23 AM
loading...

Tanda Kiamat; Bukan Palestina Semata
Tanda Kiamat; Bukan Palestina Semata. (Ilustrasi/Istimewa)

Oleh: Nazwar, S. Fil. I., M. Phil.*)


Hari Kiamat atau “yaumul-qiyamah” “yaumus-sa’ah” adalah peristiwa besar. Al-Qur’an berulang kali dan dalam berbagai kesempatan menyampaikan kabar tersebut dalam pertanyaan menggugah. Belum lagi ada saja yang menekankan dan menggarisbawahi dan mengulang-ulang narasi tersebut dengan mengaitkan berbagai fenomena atau kejadian luar biasa dewasa ini sehingga tidak jarang melahirkan bagi sebagian orang dan diistilahkan dengan “Overthinking”.


Langkah mengingatkan atau sekadar menakuti-nakuti agar umat manusia ingat dan segera kembali kepada Allah. Kejadian di Palestina adalah satu dari berbagai peristiwa lain yang sering kali dikaitkan dengan tahapan menuju gerbang kehancuran jagat raya ini atau hari kiamat.


Sebenarnya beberapa peristiwa yang sering dikaitkan dan diidentikkan dengan momentum kehancuran alam semesta sudah sering kali terjadi dan berulang. Dalil nash atau teks juga banyak dapat ditemukan tidak hanya Hadits namun juga al-Qur’an dan berbagai pandangan seperti sains, filosofis dan tutur kata.


Namun, kesempatan ini penulis akan mempertegas beberapa kejadian sebagai pengulangan dan agar menjadi bagian dari memperkaya khazanah tentang kejadian tersebut. Berikut poin-poin ulasan “realase”nya:


Pertama, orang kampung atau sebut istilah Arab orang Badui menjadi juragan dan kaya raya. Identik dengan kesederhanaan serta penampilan seadanya dan penuh keterbatasan, semisal bersendal jepit dan pembawaan compang-camping dan terkesan semaunya kini dalam kondisi terbalik, yaitu rapi, tinggal di gedung mewah dan berbagai fasilitas megah lain seperti pakaian, makanan berkelas serta kendaraan, alat komunikasi dan berbagai teknologi canggih dimilikinya, dan ini kian hari kian ramai dan tampak jelas.


Status penggembala atau ternak hewan termasuk burung, kini berubah drastis dan menjadi orang gedongan. Hal ini merupakan suatu kondisi berbeda antara sebelum dengan sesudahnya.


Kedua, orang tidak peduli halal atau haram. Sebenarnya poin ini telah dibahas bahkan tuntas oleh Ustaz Ammi Nur Bait sebagaimana diulas dalam artikel penulis yang lain, berikut contoh dan dalil yang mempertegasnya sebagai bagian dari “berdirinya” sebut kembali istilah awal paragraf dengan ”yaum as-sa’ah.”


Baik, pada artikel ini penulis tekankan pentingnya mengenali sumber harta sebagai pertanggungjawaban di akhirat serta ilmu dan pengamalannya khususnya di dunia.


Ketiga, sikap kurang ajar anak terhadap orang (yang lebih) tua. Poin ini dipertegas dengan dalil dan kenyataan atau realita. Menjadi semakin rasional ketika kemungkinan sikap yang merupakan akhlak buruk dan perbuatan yang senantiasa dijauhi ini dengan perkembangan teknologi, ilmu pengetahuan dan tantangan zaman.


Maka urgensi akhlak penting untuk ditanamkan, diperdalam dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana ulasan dalam artikel penulis yang lain bahwa poin penting akhlak tidak hanya penguasaan teori atau sebatas wacana dan wawasan, namun juga pengamalan bahkan solusi terhadap berbagai persoalan yang dihadapi manusia termasuk dalam hubungan sesama.


Keempat, dicabutnya agama dari dalam setiap orang. Tanda ini bisa jadi bagian dari munculnya khawarij dan beberapa kejadian luar biasa dan mengerikan terkait perkembangan agama di muka bumi ini.


Mundurnya ketakwaan, bangkitnya sikap zindiq, menyebarnya paham sesat, saling tuding dan bahkan saling menyalahkan dan justru terdapat usaha menyeru kepada permusuhan dan kemaksiatan. Kondisi ini diperparah dengan banyaknya kemungkaran serta semakin marak dan terang-terangnya berbagai pelanggaran syariah, kekejian, dan kezaliman.


Ulama yang memiliki kapasitas keilmuan dan kemampuan yang mumpuni justru menyeru kepada kehancuran hidup dan keterputusasaan (perasaan putus asa atau “hopeless”) serta jauh dari kebijaksanaan sebagaimana yang diajarkan Rasul dalam Hadits dan dalam al-Qur’an oleh Tuhan.


Kelima, munculnya berbagai makhluk metafisik seperti bebasnya Ya’juj dan Ma’juj dari kungkungan Dzulkarnain, terhadap mereka sebelumnya berupa tembok-tembok nan kokoh dari bijih besi yang dipanaskan dan berbuat kerusakan.


Keenam, terjadinya berbagai peristiwa “magic”, misterius, serta supranatural seperti munculnya asap dari belahan bumi dari suatu sumber sebut tempat di Yaman.


Ketujuh, masuk masjid tanpa diawali salat dua rakaat. Fenomena ini kian hari kian marak. Padahal usaha ini sebagai adab saja sejatinya rasional, masuk rumah Tuhan dengan adab dan penuh kesopanan. Namun kenyataannya, seolah sedang memprovokasi penyegeraan kiamat, beberapa oknum jamaah terkadang secara sengaja langsung mengambil posisi duduk, meski misal jeda atau jarak waktu yang ada relatif panjang.


Kedelapan, terpilihnya para pemimpin yang membawa kerusakan. Faktor utamanya di antaranya adalah ketidakmampuan atau tidak profesional para pemangku terhadap jabatan atau kepemimpinan yang diamanatkan. Namun mirisnya tidak profesional, kurang kompeten, serta sosok tanpa kapasitas tersebut lah yang justru ditampilkan.


Bagaimana mau memimpin orang lain jika terhadap diri masih sering lalai dan lupa, bahkan terkesan secara sengaja mengambil sikap salah (membelok dari kebenaran). Hal ini sulit diterima, sebab tidak senantiasa didapat ruang untuk mendialogkan serta semata didasari alasan atau faktor sentimental dan sepenuhnya tidak rasional merupakan sikap yang harus diluruskan.


Kesembilan, pembahasan poin terakhir ini tentunya dan sudah pasti terkait kemerdekaan Palestina. Kejadian di Palestina belakangan didesas-desuskan sebagai suatu tahapan dari kejadian besar berupa kisah peperangan yang akan dimenangkan umat Islam akhir zaman atas Yahudi.


Sebagaimana disebut penulis dalam artikel lain, berbagai perilaku keji nan biadab oleh tentara Israel di Palestina khususnya yang mengemuka di media adalah mempertegas kebenaran berbagai “nash” atau teks berisi dalil-dalil yang berkaitan dengan tanda akan berakhirnya dunia ini dan mempertegas peran atau posisi bangsa Yahudi yang tersalah terhadap kebenaran yaitu orang Islam.


Ulasan ini diharapkan menjadi bagian memperjelas makna dari berbagai naskah serta keterkaitannya dengan fenomena yang terjadi di dunia sekitar dan penyimpangan oleh berbagai pihak yang cenderung sering kali bersikap seolah dukun, na’udzubillahi min dzalik.”


*) Penulis Lepas Yogyakarta

TerPopuler