Fathorrosi, PU LPM Dialektika INKADHA Sumenep Periode 2021-2022. (Foto for E-KABARI) |
SUMENEP, E-KABARI.com - Momentum peringatan Hari Pers Nasional (HPN) tahun 2022 menjadi ajang bagi Pemimpin Umum Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Dialektika Institut Kariman Wirayudha (INKADHA) Sumenep, menyampaikan unek-unek.
Dia bicara soal pers yang seharusnya hadir dengan produk berkualitas di era post-truth yang cenderung menyemukan fakta dan realitas demi politik dan industri.
Menurut Rosi, demikian karib disapa, HPN tahun ini harus menjadi refleksi perjuangan bangsa dalam koridor fungsi pers. Yakni ikut serta menjaga stabilitas sosial bermasyarakat dan mencerdaskan bangsa dengan menyajikan produk jurnalistik yang edukatif.
"Hari ini nuansa post-truth sudah mulai dirasakan karena pesatnya teknologi dan informasi. Jadi, sesuai dengan fungsi pers Nasional kita yang salah satunya kontrol dan pendidikan, insan pers harus menjadi media edukatif untuk masyarakat," kata Fathorrosi, Rabu 9 Februari 2022.
PU LPM Dialektika INKADHA Sumenep itu juga menyampaikan istilah "Cerdas Mencerdaskan, Media Tepat Masyarakat Sehat" untuk industri pers Nasional.
Jika istilah tersebut dimiliki semua media dengan mereduksi ego masing-masing, Rosi optimis seluruh fungsi pers akan terlaksana dengan baik. Sebab, pers memang harus skeptis dan cerdas menyajikan apa yang perlu disajikan dan yang tidak sama sekali.
"Kalau nggak cerdas dan skeptis, ya bukan pers namanya. Mencerna dan menyajikan merupakan aktivitas rumit. Jadi, cerdas ya harus mencerdaskan, menyajikan produk jurnslistik dengan tepat, yang dengannya masyarakat akan sehat," ungkap Rosi.
Sebagai aktivis pers mahasiswa yang terjun di dunia jurnalistik independen, Rosi berharap ada pengawalan intens dari media massa terhadap keberadaan organisasi pers yang ada di perguruan tinggi dalam meningkatkan kualitas pers Nasional.
Dia menganggap kondisi pers Nasional harus dibenahi sejak dini. Bukan sekadar dari jurusan jurnalistik, melainkan melalui organisasi yang berbasis jurnalisme.
"Saya juga ingin ada pengawalan intens terhadap organisasi pers mahasiswa, sebab dengan itu berarti kita membenahi pers Nasional sejak dini," ujar Rosi.
Dia tidak suka jika kebebasan dan mudahnya mengakses informasi dijadikan ladang basah untuk mengarahkan publik sesuai keinginan konten kreator, menyemukan fakta dan realita. Karena itu, hemat Rosi pers harus hadir dengan produk yang berkualitas.
"Post-truth itu, ya begitu. Mengarahkan informasi sesuai keinginan informan. Saya tidak suka dan pers harus bisa menjadi bendungan," katanya.
Di samping itu, momentum HPN 2022 juga harus menjadi semangat baru untuk LPM yang Rosi nakhodai. LPM Dialektika harus lebih skeptis terhadap segala sisi persoalan kampus, agar kondisi bermasyarakat mahasiswa juga terkontrol secara sosial.
”HPN adalah semangat baru, harus lebih skeptis dan kontrol aktif untuk kampus yang ideal," pungkas Rosi. (Fiqo/Rfq)