Cerita di Balik Produk Patthek Ikan Khas Sumenep yang Go Nasional -->

Cerita di Balik Produk Patthek Ikan Khas Sumenep yang Go Nasional

Senin, 07 Februari 2022, 7:06 PM
loading...
Patthek Ikan Khas Sumenep
Fitria Nurul Imamah (26) menunjukkan Patthek Ikan Khas Sumenep hasil produksinya yang sudah terjual ke berbagai kota di Indonesia. (Foto for E-KABARI)


SUMENEP, E-KABARI.com - Selama ini masyarakat Kabupaten Sumenep mengenal patthek ikan sebagai produk camilan sederhana yang tidak punya nilai jual tinggi.


Namun siapa sangka, patthek ikan yang diproduksi seorang pelaku UMKM asal Kecamatan Ganding, Kabupaten Sumenep ini justru bisa go Nasional.


Keripik ikan khas sejumlah daerah pesisir di Sumenep itu, dipasarkan ke beberapa kota di Indonesia, terutama di wilayah ibukota.


Pengusaha tersebut bernama Fitria Nurul Imamah (26), warga Jl KH Masyhurat Desa Billapora Barat, Kecamatan Ganding. Fitri berhasil mengenalkan produk patthek ikan khas Sumenep ke pangsa pasar Nasional.


Modal Uang Jajan Kuliah


Kesuksesan usaha patthek ikan yang ditekuni Fitria Nurul Imamah cukup panjang. Fitri memulai usahanya dengan modal uang jajan kuliah di awal tahun 2019.


"Awalnya modal Rp 50 dengan penghasilan Rp 170 ribu. Modal murni dari uang jajan kuliah saat itu," kata Fitri saat ditemui E-KABARI di rumah produksinya, Sabtu, 5 Februari 2022.


Tentu saja, kegagalan demi kegagalan dilalui Fitri. Bahkan, itu terjadi sejak tahap produksi.


"Awalnya gagal 7 kali dalam pembuatan resep. Tapi saya terus mencoba sampai menemukan kombinasi rempah dan adonan (patthek) yang pas," tuturnya.


Saat resepnya berhasil, masalah baru datang. Kondisi Fitri yang tengah kuliah semester akhir di INSTIKA Guluk-Guluk tidak punya waktu memasarkan secara langsung.


"Awalnya hanya open PO (Pre Order) di sosial media saja," ungkap Fitri.


Tak disangka, ternyata respon pasar bagus. Akhirnya produk patthek ikan khas Sumenep itu mulai dititipkan kepada teman-temannya yang kuliah di luar kota.


"Minta bantu promotion. Dari sana mulai masuk para costumer yang tertarik join reseller," lanjut Fitri.


Patthek Ikan Khas Sumenep
Patthek Ikan Khas Sumenep, produk camilan Sulung Group Billapora Barat, Ganding, Sumenep yang go Nasional. (Foto Asnodi/E-KABARI)


Go Nasional Berkat Join Reseller


Melalui jaringan reseller, pemasaran produk UMKM patthek ikan khas Sumenep yang ditekuni Fitri semakin meluas.


Dari yang semula dititipkan pada teman kuliah, hingga akhirnya punya ratusan reseller yang tersebar di beberapa kota di Indonesia.


"Reseller saat ini 192 orang yang tersebar di beberapa kota di Indonesia. Ada di Surabaya, Jogja, Papua, Banten, Sulawesi, Kalimatan, Bali. Jakarta reseller terbanyak," tutur Fitri.


Keberhasilan menembus pangsa pasar Nasional tersebut, tentu saja merupakan kolaborasi apik antara kualitas produk dan teknik pemasaran yang bagus.


Fitri tak hanya fokus menjaga kualitas patthek ikan khas Sumenep yang diproduksinya. Dia menerapkan strategi mentoring pada semua reseller-nya yang tersebar di mana-mana.


"Teknik untuk reseller sendiri kami memakai teknik mentoring bisnis via online full bimbingan, sehingga mereka stok produk kami ada jaminan habis dan laku keras kalau ikut mentoring," ucap Fitri.


Raup Omzet Rp 60 Juta per Bulan


Berkat ketekunannya, Fitri berhasil membawa produk lokal Sumenep itu go Nasional. Patthek ikan khas Sumenep hasil produksi Fitri digandrungi penikmatnya dan tersebar ke berbagai kota di Indonesia.


Selain patthek ikan khas Sumenep, alumnus INSTIKA Guluk-Guluk itu juga meluncurkan dua produk baru di akhir 2021 kemarin. Yakni Keripik Talas dan Keripik Ubi.


"Patthek ikan ada varian ori dan pedas. Kalau keripik talas dan ubi rasa balado dan original. Tapi patthek ikan yang paling laris," ujar Fitri.


Selama sebulan, Fitri bisa memproduksi 1.500  kg patthek ikan khas Sumenep untuk dikirim ke para reseller dan beberapa agen oleh-oleh di luar kota. Tak heran, jika dia harus mempekerjakan 20 orang karyawan.


"Awalnya di rumah tanpa karyawan. Pas punya rumah produksi Mei 2021, ada 5 dan sampai sekarang ada 20 orang," tuturnya.


Dari usahanya itu, selama setahun terakhir Fitri bisa meraup omzet Rp 60 juta per bulan. Dengan harga jual patthek ikan Rp 10 ribu untuk kemasan 100 gram dan Rp 15 ribu untuk kemasan 250 gram.


"Omzet tiap bulan Rp 60 juta. Bersihnya (profit) Rp 28 - 30 juta," ungkap Fitri.


Agar produknya bisa menembus pasar Nasional dan mampu bersaing, Fitri membeberkan, yang terpenting adalah kemasan (packaging) harus menarik, produknya enak, lezat, dan higienis.


"Awalnya kemasan pakai plastik transparan. Mulai pakai kemasan aluminium foil dengan desain menarik sejak 2020," ujar Fitri.


Meski sudah meraup omzet puluhan juta dengan packaging dan pangsa pasar yang bagus, usaha Fitri masih punya beberapa kendala. Di antaranya produksi masih menggunakan peralatan manual (belum mesin), juga di bidang perizinan.


"Kendala kami saat ini di perizinan, baru punya P-IRT saja, belum punya IUMK atau NIB dan label halal," tutur istri Moh. Azizi itu.


Fitri berharap, Pemerintah Daerah dapat membantu fasilitasi usahanya untuk memiliki izin berstandar Nasional. Karena melalui patthek ikan, dia ikut berkontribusi mengenalkan produk camilan khas Sumenep ke berbagai penjuru Indonesia. (*/As/Rfq)

TerPopuler