Ingin Jadikan Kelor Produk Unggulan, Wabup Bersama Dispertahortbun Sumenep Kunker ke PT MOI Blora -->

Ingin Jadikan Kelor Produk Unggulan, Wabup Bersama Dispertahortbun Sumenep Kunker ke PT MOI Blora

Selasa, 13 April 2021, 1:55 PM
loading...
Daun Kelor
Wakil Bupati Sumenep, Ny. Hj. Dewi Khalifah, SH. MH. M.Pd.I didampingi Kepala Dispertahortbun Sumenep, Arif Firmanto, S.T.P, M.Si memetik daun Kelor saat Kunker ke PT MOI Blora, Jawa Tengah. (Foto IST/E-KABARI)


SUMENEP, E-KABARI.com – Wakil Bupati Sumenep, Ny. Hj. Dewi Khalifah menyebut tanaman Kelor akan jadi produk unggulan Kabupaten Sumenep di tahun 2021.


Upaya menjadikan Kelor sebagai produk unggulan ini disampaikan oleh Wabup Nyai Eva usai kujungan kerjanya ke PT. Moringa Organik Indonesia (MOI) Kabupaten Blora, Jawa Tengah, Selasa (13/04/2021).


PT. Moringa Organik Indonesia (MOI) menjadi tujuan kunker Wabup merupakan pusat pembelajaran dan cara budidaya, pengolahan tanaman Kelor organik yang menghasilkan produk berupa makanan, minuman, produk pakan, produk pupuk, produk kosmetik alami yang bisa menjadi komoditas bisnis.


Dalam kunker yang dilakukan pada Jumat (9/04/2021) lalu, Wabup Nyai Eva didampingi Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan (Dispertahortbun) Sumenep, Arif Firmanto.


"Kunjungan kami ke PT Moringa Organik Indonesia Kabupaten Blora Jawa Tengah tersebut untuk mengetahui cara pengolahan tanaman kelor organik yang menghasilkan produk berupa makanan, minuman, produk pakan, produk pupuk, produk kosmetik alami yang bisa menjadi komoditas bisnis," kata Nyai Eva, Selasa (13/04/2021).


Salah satu hasil dari kunker tersebut, Wabup Nyai Eva sudah punya sebuah rencana untuk menjadikan Pulau Poteran, Kecamatan Talango sebagai Pulau Kelor.


Menurut Nyai Eva, dulu di Pulau Poteran pernah ada penelitian dari Jerman, di mana hasilnya menyebut Poteran, Talango memiliki salah satu keunggulan untuk ditanami Kelor. Hal itu karena kandungan nilai komposisi nutrisi tanahnya jauh lebih tinggi dari tempat lain di Kabupaten Sumenep.


"Keunggulan itu terpengaruh dari struktur tanah dan air yang ada di sana (Poteran, red)," imbuh Wakil Bupati yang juga Ketua Muslimat NU Sumenep itu.


Karena itulah, Nyai Eva menginginkan Poteran, Talango nanti agar menjadi sebuah kawasan pengembangan produksi pertanian Sumenep khusus tanaman Kelor.


Apalagi, tamanan Kelor banyak mengandung fungsi. Mulai untuk pengobatan herbal, makanan herbal dan kosmetik. Bahkan, ada sekitar 150 produk turunan yang bisa dihasilkan dari daun Kelor.


Sehingga, Nyai Eva berharap dari Tamanan Kelor ini nantinya akan bisa membantu membuka lapangan kerja, terutama untuk ibu-ibu dan pemuda yang ada di Poteran.


Bahkan, juga bisa menyerap angka pengangguran agar tidak menjadi tinggi dengan adanya peluang-peluang kerja dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam yang ada menjadi bahan jadi.


"Daun Kelor akan menjadi salah satu produk unggulan di Sumenep," tegas Nyai Eva.


Daun Kelor


Sementara Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan (Dispertahortbun) Sumenep, Arif Firmanto menjelaskan, kunker ke PT MOI untuk belajar sistem pengelolaan hulu ke hilir tentang pengembangan Kelor sesuai visi-misi Bupati dan Wabup Sumenep Fauzi-Eva.


“Di PT. MOI di sana sudah mengembangkan dari mulai budidaya sampai kepada pengolahannya, seperti kecantikan dan herbal juga banyak aneka ragam produk lainnya," kata Arif Firmanto.


Dari hasil kunker diketahui, nutrisi Kelor akan semakin berkurang ketika dilakukan pengeringan atau penjemuran dengan sinar matahari. Sehingga, lebih baik diproses dengan menggunakan pengeringan oven.


“Jadi, kandungan nutrisi Kelor tergantung pada bagaimana cara pengolahanya yakni tidak boleh dijemur matahari dan tidak ferfermentasi. Proses budidaya boleh sama, tetapi kalau mengolahnya tidak benar, maka itu yang berbeda, akan menjadi berkurang kandungan nutrisinya," jelas Arif.


Ditanya perbandingan kualitas tanaman kelor antara Blora dan Sumenep, Arif menegaskan, kualitas tamanan kelor Sumenep masih lebih bagus dari Kelor Blora.


Terbukti, PT MOI sendiri langsung minta kontrak dengan Sumenep apabila Pemerintah Daerah bisa menyediakan daun Kelor maupun hasil olahannya.


“Sehingga, dengan adanya tawaran kontrak, membuat semangat kami di Kabupaten Sumenep semakin optimis untuk lebih mengembangkan tanaman Kelor," lanjut Arif.


Untuk budidaya tanaman Kelor seperti PT MOI membutuhkan lahan seluas 3-5 hektar. PT MOI juga sudah memiliki bangunan serta peralatan pengolahan bersertifikat ISO dengan pembiayaan sebesar Rp 2 miliar.


"Sedangkan kita (Pemkab) Sumenep masih belum ada," ujar Arif.


Namun, Kepala Dispertahortbun Sumenep itu optimis tanaman Kelor akan jadi produk unggulan Kabupaten Sumenep. Sebab, pihaknya melihat pasar Kelor tidak ada habisnya dengan kandungan yang luar biasa.


"Makanya kelor memang layak mendapat sebutan “Miracle Tree” atau “Trees of Life” dan saya menyebutnya Super Nutrisi atau daun ajaib kaya dengan nutrisi," Arif memiliki sebutan khusus untuk Daun Kelor.


Upaya mengembangkan tanaman Kelor, lanjut dia, tidak lain diharapkan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat dan memberdayakan kaum ibu-ibu serta pemuda tani milenial di wilayah Sumenep.


"Kami juga mengajak kepada seluruh elemen masyarakat untuk melakukan Gerakan Swadaya Masyarakat Penanaman dan Pemanfaatan Tanaman Kelor," pungkas Arif. (BAR/RK/Fiq/*)

TerPopuler