loading...
Pertemuan redaksi Tempo dengan perwakilan FPI. [Foto Ist/CNN Indonesia] |
"Kami ingin meminta Tempo meminta maaf, kalau tidak kami tak akan pulang dari sini," pekik orator dari atas mobil komando saat barikade baru dibuat di depan Gedung Tempo, Jumat (16/3) kemarin.
FPI meminta Tempo meminta maaf atas pembuatan dan pemuatan karikatur yang dianggap menghina imam besarnya, Muhammad Rizieq Shihab. Mereka menganggap Tempo telah melecehkan Rizieq sebagai ulama mereka.
"Musuh kita adalah bajingan-bajingan yang ada di dalam gedung ini. Musuh kita bukan bapak-bapak polisi, musuh kita adalah keparat-keparat yang ada di dalam sana," kata seorang orator sambil menunjuk ke arah Gedung Tempo.
Kalimat takbir berkali-kali diteriakan massa dan orator saat beraksi. Setengah jam berlalu, beberapa perwakilan FPI diterima oleh pihak Tempo, salah satunya Novel Bamukmin yang juga aktif di Presidium Alumni 212.
Kehadiran mereka diterima oleh Pemimpin Redaksi Tempo Arif Zulkifli di ruangan tak jauh dari lobi gedung. Sempat terjadi percekcokan hanya karena pemilihan ruangan.
"Ini sempit sekali (ruangannya) ini penghinaan namanya," ucapan itu keluar dari salah satu perwakilan FPI.
Polisi berusaha menenangkan hingga akhirnya FPI bersedia masuk ke ruangan untuk berunding. Ruangan itu berdinding kaca. Para jurnalis yang meliput bisa memantau pertemuan itu dari luar.
Setengah jam berlalu, tiba-tiba dari balik ruangan terdengar gebrakan meja.
"Jadi maksud dan tujuan Tempo menggambar karikatur itu apa?" kata salah satu perwakilan dari FPI dengan nada meninggi.
Sontak sejumlah orang di sekitar ruang mediasi itu kaget dan berusaha memantau. Terdengar berkali-kali Arif menjelaskan bahwa karikatur memiliki interpretasi yang berbeda-beda pada setiap orang.
Lagi-lagi salah satu perwakilan FPI emosi. Seorang dari mereka terlihat melemparkan gelas air mineral ke arah awak media Tempo. Saat itu Arif yang sedang minum pun terlihat kaget.
"Sudah. Tenang, Pak, tenang," ujar seseorang yang mengikuti mediasi itu.
Berkali-kali sempat terdengar dari luar nada suara yang meninggi, namun pada akhirnya perwakilan FPI dan Arif keluar bergandengan. Sekitar satu setengah jam pertemuan itu berlangsung.
Arif diboyong ke arah mobil komando untuk berbicara. Saat itu, Tempo kembali dituntut minta maaf. Namun, pernyataan Arif sempat membuat emosi massa meluap lantaran dianggap tak meminta maaf.
Sampai akhirnya seorang perwakilan FPI menyentuh tubuh Arif. Salah satu dari mereka merampas kacamata Arif dan melemparkannya ke arah massa.
Sempat terjadi kericuhan. Kacamata Arif kembali dilempar ke atas mobil komando. Sebuah gelas kemasan air mineral pun kembali melayang ke arah Arif.
"Kacamata saya tadi sempat dirampas dan dilempar. Untung enggak pecah," kata Arif sambil tertawa saat bercerita kepada wartawan di Gedung Tempo.
Undangan aksi damai di kantor Majalah Tempo. [Foto Ist/detik.com] |
Arif meminta maaf bukan karena Tempo telah membuat karikatur yang dipersoalkan FPI. Namun, dia meminta maaf jika karikatur itu telah menyinggung pihak tertentu.
"Kerja jurnalistik menyimpan dhoif-nya. Kalau kartun majalah Tempo menimbulkan ketersinggungan kami meminta maaf," kata Arif dari atas mobil komando aksi.
Tempo pun memberi ruang hak jawab bagi FPI yang akan diterbitkan pada pekan depan. Namun persoalan ini seharusnya dibawa ke Dewan Pers sebagai ruang mediasi pihak yang merasa dirugikan atas produk jurnalistik Tempo.
"Untuk memutuskan bersalah atau tidak itu domainnya Dewan Pers," katanya.
Sebuah gelas air kemasan kembali melayang ke arah mobil yang dinaiki Arif. Lagi-lagi keadaan menjadi ricuh dan Arif memutuskan untuk turun dari mobil komando.
FPI melakukan aksi protes lantaran ada karikatur yang menggambarkan sosok orang memakai gamis dan serban. Sosok tersebut berbicara kepada seorang perempuan yang menirukan skenario salah satu adegan film.
"Maaf saya tidak jadi pulang," ujar pria berserban.
"Yang kamu lakukan itu jahat," jawab perempuan memakai baju merah.
Sumber: CNN Indonesia