Ilustrasi. (Istimewa) |
Oleh: Dita Suci Permatasari, Widya Cita Pramesti, Aqmarina Khalisa Rahman, Sinta Reka Mayangsari*)
Peningkatan nilai atas pendirian usaha di tengah pandemi saat ini cukup meningkat. Banyak pendirian unit mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di tengah wabah virus Covid-19. Namun, banyak pula dari UMKM yang sudah berdiri justru redup, tidak dapat bertahan dalam masa penyebaran virus yang sudah mewabah hampir 2 tahun ini. Sehingga, banyak penelitian yang menyampaikan jika kegiatan UMKM di Indonesia harus bertahan, bahkan ditingkatkan. Tidak hanya membludak di pendirian awal, namun bisa bertahan dalam kondisi apapun, termasuk di tengah pandemi.
Meningkatnya pendirian UMKM ini tentunya seiring dengan keinginan meningkatkan penjualan yang dilakukan. UMKM manapun akan selalu mengedepankan peningkatan penjualan dalam usahanya. Pentingnya penjualan ini jelas diimbangi dengan keinginan peningkatan laba usaha. Meskipun sayang, dalam menjalankan bisnisnya perusahaan masih banyak mengalami kesalahan dari segi penjualan produknya.
Banyak dari pelaku UMKM mudah dalam memproduksi barang, namun kesulitan untuk dapat memasarkan produk tersebut. Kesalahan yang sering terjadi bukan dari segi produknya, namun dari manajemen usahanya. Biasanya yang sering terjadi yaitu ketika penjual tidak dapat memastikan produknya sudah sampai pada konsumen dengan baik.
Tentu dalam memasarkan produknya UMKM saat ini berbeda dengan usaha-usaha di masa lalu. Jika zaman dulu pemasaran produk masih sering menggunakan sistem yang sangat sederhana, namun saat ini tidak bisa menggunakan pemasaran yang sama. Di era modern ini banyak usaha sudah menggunakan internet untuk pemasaran. Bahkan tanpa sales, usaha bisa berjalan dengan baik dan sesuai pangsa pasar.
Saat ini banyak usaha ataupun perusahaan menggunakan SCM dalam memastikan produknya sampai ke tangan pelanggan. SCM merupakan singkatan dari supply chain management. Yakni suatu jaringan yang memiliki tujuan untuk memastikan barang sampai ke konsumen akhir. Dalam hal ini perusahaan harus menggunakan beberapa pegawai yang nantinya memiliki manfaat untuk dapat menyampaikan produk dengan baik kepada pelanggannya.
Dalam penerapannya, supply chain management (SCM) melibatkan beberapa komponen internal usaha atau UMKM, seperti supplier, pabrik, toko atau ritel, dan distributor pendukung peningkatan penjualan. Komponen internal usaha di atas harus memiliki kerja sama yang baik supaya dapat meningkatkan penjualan dan mendapatkan keuntungan. Namun, ada beberapa permasalahan yang biasanya terjadi dalam penerapan SCM yang penting diantsipasi, antara lain:
- Strategi Distribusi
Distribusi dalam usaha biasanya menjadi salah satu permasalahan yang utama ketika kurang jelasnya informasi sentralisasi atau desentralisasi.
- Distribusi Konfigurasi Jaringan
Dalam permasalahan ini akan melibatkan lokasi beberapa supplier, beberapa fasilitas yang terdapat saat produksi, lokasi distribusi pusat maupun gedung dan tentunya konsumen produk yang bersangkutan.
- Permasalahan Informasi
Penangkapan setiap informasi yang didapat di setiap usaha terkadang juga mengalami kesalahan. Sistem yang memiliki integrasi langsung saat penyampaian informasi melalui rantai suplai terkadang tidak sampai kepada rantai suplai yang lainnya.
- Aliran Dana
Aliran dana menjadi salah satu permasalahan yang biasanya terjadi dalam penerapan supply chain. Biasanya permasalahan datang di pembayaran dan keterlambatan akan pertukaran dana dari setiap mata rantai yang ada pada unit usaha ataupun UMKM.
Kendati demikian, secara keseluruhan jika suatu usaha kecil merambah dengan mengaplikasikan supply chain management akan menjadi suatu organisasi yang besar dan kompleks. Meski memiliki kelemahan pada peningkatan biaya adminitrasi yang cukup besar dari periode sebelumnya, namun adanya kolaborasi yang dilakukan antara usaha akan membuat suatu keuntungan baru bagi suatu usaha kecil menengah. Setiap usaha yang tergabung dalam penerapan supply chain management akan berhubungan dengan banyak usaha lainnya yang memiliki proses integrasi secara vertikal.
Setiap usaha pastinya juga memiliki pusat informasi yang penting dalam penerapan rantai dalam supply chain. Maka dari itu, pengembangan teknologi penting bagi usaha yang akan merambah lebih tinggi lagi. Salah satu pemanfaatan teknologi dalam hal ini adalah penggunaan elektronik data. Elektronik data meeupakan suatu cara yang lebih efektif untuk dapat melakukan promosi informasi perusahaan satu dengan perusahaan lainnya dengan dalih dan tujuan SCM.
Elektronik Data Interchange yang disebut juga EDI adalah pertukaran informasi yang dilakukan secara online di setiap transaksi yang dilakukan perusahaan. Maka dari itu, untuk dapat memaksimalkan SCM, elektronik datadapat digunakan untuk dapat memasukkan informasi dalam satu jaringan dan akan dibagikan kepada rantai supply chain management lainnya.
Adapun manfaat yang akan didapat saat UMKM menerapkan adanya Supply Chain Management yaitu:
- Penyediaan Barang
Penyediaan barang untuk konsumen tentunya akan maksimal karena dalam penerapan SCM memiliki jaringan yang luas dan penyediaanya cepat untuk ke konsumen, sehingga dapat dipastikan konsumen akan bertahan dan tidak meninggalkan usaha.
- Jaminan Mutu
Jaminan mutu tidak hanya ditentukan saat pemprosesan produk, namun ditentukan dari mutu bahan mentah hingga digunakan saat proses produksi, sehingga jaminan mutu yang akan didapatkan oleh pelanggan sangatlah terjamin kualitasnya.
- Minim Jumlah Supplier
Pengadaan SCM dalam usaha dan bisnis ini akan menciptakan supply chain management yang minim negosiasi, biaya tracking dan pengurangan suplier yang serupa.
Seluruh paparan di atas sudah sangat menjelaskan seberapa penting penerapan Supply Chain Management (SCM) bagi pelaku usaha, khususnya UMKM. Sehingga, tinggal bagaimana para pelaku usaha atau UMKM menentukan penggunaan sistem ini. (*)
*) Mahasiswi Jurusan Akuntansi, Universitas Muhammadiyah Malang